SURA RAWI (Cahaya matahari yang menembus hati)
Kehidupan manusia di dunia ini diibaratkan oleh para sufi sebagai kehidupan pada malam hari, kehidupan orang-orang yang tertidur. Matahari, Allah, datang sebagai penyingkap malam. Para sufi sering menggunakan metafora bahwa manusia adalah kelelawar (atau hewan-hewan malam lainnya) yang menganggap matahari sebagai cahaya perusak yang mengacaukan mata mereka meskipun bagi binatang siang (makhluk yang telah mengenal Allah) cahaya tersebut begitu berharga dan nyata.
Kesalahan manusia terletak pada klaim bahwa “malam” lebih menyenangkan dan siang begitu merepotkan (dunia lebih nikmat). Para binatang malam lebih suka bertahan pada malam hari alih-alih melatih mata mereka agar mampu menangkap cahaya matahari. Sebab, “latihan” mata tersebut sangat membuat mereka menderita; karena latihan menghadapi akhirat tersebut akan menghancurkan kehidupan duniawi mereka. Bahkan, kadang kala para sufi atau para penganut ajaran esoteris dari agama lain, memilih untuk konsentrasi menatap matahari langsung ketika siang terik dalam beberapa menit untuk maksud ini; berlatih melihat Matahari yang lebih sejati.
Jadi, sudahkah kamu merasakan “indahnya” cahaya-Nya di dalam hatimu?
-Ronal Surapradja-
SURA RAWI adalah kemeja dengan kerah berdiri dengan aplikasi batik di lengan kiri dan kanan.